bercumbu dengan alam

meski saya tahu anak-anak ReKSAPALA mengadakan pertemuan untuk membuat perencanaan kegiatan untuk mengisi masa liburan sekolah, aku lebih memilih untuk tidur di rumah. Bukannya gak peduli lagi, tetapi badan ini rasanya pegel semua setelah sehari sebelumnya mendampingi adik-adik pramuka dari MTs Miftahul Falah Jakenan yang mengadakan ujian SKK Jalan Kaki. Bayangkan sudah uzur begini diajak jalan kaki 10 km lebih, untung dengkul gak coplok.
Tetapi belum lagi mimpi saya berakhir, Si Syeh Nurroin, kepala sukunya ReKSAPALA ngebel aku dan memaksaku untuk turut hadir dalam pertemuan itu. Ya, mau apa dikata, meski sudah telat hampir setengah jam, akhirnya saya berangkat juga. Sesampainya di TKP, acara ternyata telah dimulai. Busyet, ni anak tumben-tumbennya on time, pikirku.
Singkat kata singkat cerita (kayak syair lagu dangdut aja), anak-anak ReKSAPALA sepakat untuk mengadakan acara muncak bareng di Puncak Argojembangan Kudus. Lho, kok Muria lagi?, tanyaku berbisik pada seorang teman yang ada di sebelahku. Yang kuingat beberapa minggu yang lalu si kepala suku dan beberapa pengawal pribadinya pernah datang ke rumah saya dan mengutarakan niatnya untuk menaklukkan Gunung Ungaran. Saya pun telah merekomendasikan beberapa nama untuk menjadi leader mereka jika ke Gunung Ungaran. Lha, ini kok cuman ke Muria padahal kemarin baru saja dari Argowiloso dan Air Tiga Rasa?.
Belum lagi yang kutanyai menjawab pertanyaanku, seperti tahu apa yang saya pikirkan, si kepala suku sudah cas cis cus menceritakan ihwal perihal dan duduk perkaranya. Menurutnya rencana semula yang akan ke Gunung Ungaran terpaksa ditunda lantaran ini kali banyak anak-anak baru yang berminat untuk ikut serta. Jika tetap pada rencana semula, bisa-bisa mereka pada ngabur semua mengingat ongkos dan lain sebagainya termasuk berita terakhir tentang insiden hilangnya beberapa pendaki di Gunung Argopuro Jawa Timur.
“Yang terpenting bagi kita adalah kita bisa kembali bercumbu dengan alam”, katanya. Aku pun cuman manggut-manggut, tumben ini anak bisa ngomong puitis kayak gitu.
Tetapi harus aku akui, kita tidak perlu selalu mengejar target puncak tertinggi ataupun kegiatan yang spektakuler semacam aksi penanaman seribu-satu pohon. Kegiatan seperti itu terkadang hanyalah hasrat yang terlalu mementingkan ego pribadi. Apalagi jika terlalu dipaksakan lantaran keterbatasan tenaga, daya, dan biaya. Bisa-bisa hanya menjadi kegiatan yang “sekali aksi, seterusnya mati”.
Yang terpenting, kita meski memberi kesempatan kepada para pemula untuk ikut merasakan nikmatnya bercumbu dengan alam. Siapa tahu setelah merasakan pengalaman bercumbu yang pertama kali itu kemudian timbul kesadaran untuk ikut berperan serta dalam usaha pelestarian lingkungan hidup.
Walaupun kesadaran itu lebih disebabkan karena adanya keinginan untuk tetap bisa bercumbu dengan alam. Namun bagaimanapun juga bercumbu dengan alam lebih nikmat ketimbang memperkosa alam. Nikmat buat manusia, nikmat buat alam.
Akhirulkalam, Selamat bercumbu dengan alam di Puncak Argojembangan. Sorry, saya tidak bisa ngikut karena pas tanggal 26-28 Juni itu aku pun harus mempersiapkan aksi bercumbu dengan alam, meskipun kali ini dalam bentuk perkemahan pramuka

0 komentar:

Posting Komentar

 
Free Website TemplatesFreethemes4all.comFree CSS TemplatesFree Joomla TemplatesFree Blogger TemplatesFree Wordpress ThemesFree Wordpress Themes TemplatesFree CSS Templates dreamweaverSEO Design